Wisata Religi Sunan Bonang Tuban

Wisata Religi Sunan Bonang: Menelusuri Jejak Wali Songo di Tuban

Sunan Bonang merupakan salah satu dari Wali Songo, tokoh penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-15. Makamnya yang terletak di Tuban, Jawa Timur, menjadi destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi peziarah dari berbagai penjuru nusantara.

Sejarah Sunan Bonang

Sunan Bonang, yang bernama asli Maulana Makhdum Ibrahim, lahir di Damaskus, Suriah, pada tahun 1465. Ayahnya, Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi, adalah seorang ulama besar yang berasal dari Persia. Sunan Bonang datang ke Jawa bersama ayahnya pada tahun 1475 dan menetap di Tuban.

Di Tuban, Sunan Bonang mendirikan pesantren dan menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang ramah dan toleran. Ia dikenal sebagai seorang ulama yang cerdas, bijaksana, dan memiliki kesaktian. Sunan Bonang juga dikenal sebagai pencipta lagu-lagu Jawa yang digunakan sebagai media dakwah, seperti "Tombo Ati" dan "Lir-Ilir".

Makam Sunan Bonang

Makam Sunan Bonang terletak di Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban. Makam ini merupakan kompleks bangunan yang terdiri dari cungkup makam, masjid, dan museum.

Cungkup makam Sunan Bonang berbentuk segi delapan dengan atap tumpang tiga. Di dalam cungkup terdapat sebuah makam yang ditutupi dengan kain hijau. Di sekitar makam terdapat beberapa makam keluarga dan pengikut Sunan Bonang.

Masjid Sunan Bonang terletak di sebelah barat cungkup makam. Masjid ini merupakan bangunan tua yang didirikan pada masa Sunan Bonang. Di dalam masjid terdapat sebuah mimbar yang konon digunakan oleh Sunan Bonang untuk berdakwah.

Museum Sunan Bonang terletak di sebelah timur cungkup makam. Museum ini menyimpan berbagai koleksi benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan Sunan Bonang, seperti manuskrip, senjata, dan pakaian.

Tradisi Ziarah

Makam Sunan Bonang menjadi tujuan ziarah bagi umat Islam dari berbagai daerah. Peziarah biasanya datang untuk berdoa, meminta berkah, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Tradisi ziarah di Makam Sunan Bonang memiliki beberapa ritual khusus. Peziarah biasanya akan berwudhu terlebih dahulu di tempat yang telah disediakan. Setelah itu, peziarah akan masuk ke dalam cungkup makam dan membaca doa di depan makam Sunan Bonang.

Peziarah juga biasanya akan berziarah ke makam-makam keluarga dan pengikut Sunan Bonang yang berada di sekitar cungkup makam. Setelah berziarah, peziarah biasanya akan mengunjungi masjid dan museum untuk menambah pengetahuan tentang Sunan Bonang.

Fasilitas

Kompleks Makam Sunan Bonang dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk menunjang kegiatan ziarah. Fasilitas tersebut antara lain:

  • Tempat parkir yang luas
  • Toilet dan tempat wudhu
  • Ruang istirahat
  • Kios-kios yang menjual oleh-oleh dan makanan ringan

Akses

Makam Sunan Bonang terletak sekitar 2 kilometer dari pusat kota Tuban. Peziarah dapat menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum untuk mencapai lokasi makam.

Dari Surabaya, peziarah dapat menggunakan bus atau kereta api menuju Tuban. Dari Jakarta, peziarah dapat menggunakan pesawat terbang menuju Bandara Juanda Surabaya dan melanjutkan perjalanan ke Tuban menggunakan bus atau kereta api.

Tips Berkunjung

  • Waktu terbaik untuk berkunjung ke Makam Sunan Bonang adalah pada hari-hari biasa, karena pada akhir pekan dan hari libur biasanya ramai dikunjungi peziarah.
  • Gunakan pakaian yang sopan dan tertutup saat berkunjung ke makam.
  • Jaga kebersihan dan ketertiban selama berada di kompleks makam.
  • Hormati tradisi dan adat istiadat yang berlaku di makam.
  • Berhati-hatilah terhadap pencopet dan calo yang mungkin berkeliaran di sekitar makam.

Kesimpulan

Makam Sunan Bonang di Tuban merupakan destinasi wisata religi yang menawarkan pengalaman spiritual dan sejarah yang mendalam. Dengan mengunjungi makam ini, peziarah dapat menelusuri jejak salah satu Wali Songo yang berjasa menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Makam Sunan Bonang juga menjadi bukti keharmonisan dan toleransi antarumat beragama di Indonesia.

Sejarah dan Signifikansi Religius Sunan Bonang

Sunan Bonang, salah satu dari Wali Songo yang terkenal, memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Jawa. Ia lahir pada tahun 1465 di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Lamongan, Jawa Timur. Nama aslinya adalah Makhdum Ibrahim, dan ia merupakan putra dari Sunan Ampel, salah satu Wali Songo lainnya.

Sunan Bonang dikenal karena pendekatannya yang damai dan toleran dalam menyebarkan Islam. Ia menggunakan seni dan budaya sebagai sarana untuk menarik masyarakat setempat, dan sering kali menggunakan wayang kulit dan gamelan untuk menyampaikan ajaran Islam.

Pada tahun 1495, Sunan Bonang mendirikan pesantren di Tuban, Jawa Timur, yang kemudian dikenal sebagai Masjid Agung Tuban. Pesantren ini menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah tersebut, dan Sunan Bonang menjadi pemimpin spiritual masyarakat setempat.

Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 dan dimakamkan di kompleks Masjid Agung Tuban. Makamnya menjadi tempat ziarah yang populer bagi umat Islam dari seluruh Indonesia, yang datang untuk mencari berkah dan doa.

Kompleks Masjid Agung Tuban

Masjid Agung Tuban merupakan kompleks bangunan yang terdiri dari masjid, makam Sunan Bonang, dan beberapa bangunan pendukung lainnya. Masjid ini dibangun pada tahun 1495 oleh Sunan Bonang dan merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia.

Arsitektur masjid ini merupakan perpaduan antara gaya Jawa dan Islam. Atapnya berbentuk tumpang tiga, yang merupakan ciri khas arsitektur Jawa, sementara menaranya berbentuk bulat, yang merupakan ciri khas arsitektur Islam.

Di dalam masjid terdapat mihrab yang terbuat dari batu marmer dan mimbar yang terbuat dari kayu jati. Mihrab dan mimbar ini merupakan peninggalan dari zaman Sunan Bonang dan masih digunakan hingga saat ini.

Makam Sunan Bonang

Makam Sunan Bonang terletak di sebelah barat masjid. Makam ini merupakan bangunan sederhana yang terbuat dari batu bata dan semen. Di atas makam terdapat cungkup yang terbuat dari kayu jati.

Makam Sunan Bonang selalu ramai dikunjungi oleh peziarah, terutama pada hari-hari tertentu seperti Maulid Nabi dan Isra Miraj. Peziarah datang untuk berdoa, mencari berkah, dan memohon pertolongan kepada Sunan Bonang.

Ritual dan Tradisi

Terdapat beberapa ritual dan tradisi yang dilakukan di kompleks Masjid Agung Tuban, antara lain:

  • Ziarah: Peziarah datang ke makam Sunan Bonang untuk berdoa, mencari berkah, dan memohon pertolongan. Mereka biasanya membawa bunga, air zamzam, dan makanan untuk dipersembahkan di makam.
  • Tahlilan: Tahlilan adalah pembacaan doa-doa untuk orang yang sudah meninggal. Tahlilan sering dilakukan di makam Sunan Bonang pada malam-malam tertentu.
  • Sedekah: Peziarah sering memberikan sedekah kepada fakir miskin dan anak-anak yatim di sekitar kompleks masjid.
  • Wayang Kulit: Wayang kulit merupakan seni pertunjukan tradisional yang sering ditampilkan di kompleks masjid. Wayang kulit digunakan untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam dan menghibur masyarakat.

Fasilitas dan Akomodasi

Kompleks Masjid Agung Tuban dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk kenyamanan peziarah, antara lain:

  • Tempat parkir: Tersedia tempat parkir yang luas untuk kendaraan roda dua dan roda empat.
  • Toilet: Tersedia toilet yang bersih dan terawat.
  • Warung makan: Tersedia beberapa warung makan di sekitar kompleks masjid yang menjual makanan dan minuman.
  • Penginapan: Tersedia beberapa penginapan di sekitar kompleks masjid, mulai dari hotel hingga losmen.

Akses dan Transportasi

Kompleks Masjid Agung Tuban terletak di pusat kota Tuban, Jawa Timur. Akses ke kompleks ini sangat mudah, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.

  • Kendaraan pribadi: Dari Surabaya, ibu kota Jawa Timur, perjalanan ke Tuban memakan waktu sekitar 2-3 jam.
  • Transportasi umum: Tersedia bus dan kereta api yang menghubungkan Surabaya dengan Tuban. Dari stasiun kereta api Tuban, peziarah dapat naik becak atau ojek ke kompleks masjid.

Tips Berkunjung

Berikut beberapa tips untuk berkunjung ke kompleks Masjid Agung Tuban:

  • Berpakaian sopan: Saat mengunjungi kompleks masjid, disarankan untuk berpakaian sopan dan menutup aurat.
  • Hormati adat istiadat: Hormati adat istiadat dan tradisi yang berlaku di kompleks masjid.
  • Jaga kebersihan: Jaga kebersihan kompleks masjid dan jangan membuang sampah sembarangan.
  • Hormati peziarah lain: Hormati peziarah lain dan jangan mengganggu mereka yang sedang berdoa.
  • Nikmati suasana: Nikmati suasana spiritual dan bersejarah di kompleks Masjid Agung Tuban.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *